Pepatah mengatakan, sahabat itu hadir saat dibutuhkan. A friend indeed is a friend in need. Dibutuhkan tidak hanya dalam arti saat kita mengalami kesulitan, tetapi juga di saat kita mengalami kegembiraan. Dengan cara hadir, kita bisa membangun persahabatan.
Romo FX Suyamto, Agus (tengah) dan saya. Pemilik hak cipta
Itulah yang saya tangkap dan rasakan secara nyata, ketika sahabat saya dari Ansor Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, hadir dalam acara perpisahan saya dengan umat di Paroki Ungaran. Beliau adalah Mas Agus. Bersama Gus Sofi, dan dua kawan lain, Mas Agus hadir di acara tersebut.
Pada kesempatan itu, Hesty, yang menjadi pembawa acara tersebut, mempersilahkan Agus menyampaikan kesan dan pesan di hadapan para hadirin yang lain. Agus pun mengajak para hadirin untuk menyanyikan satu tembang nasional “Tanah Airku”. Semua hadirin pun menyahut dengan penuh semangat, terutama anak-anak, remaja dan kaum muda.
Pemilik hak cipta
Sangat menyentuh dan mengharukan yang dikatakan Agus sesudah itu. Dia mengatakan, bahwa iri dan cemburu dengan para hadirin yang bisa mengalami kehadiran dan karya yang saya lakukan. Agus mengatakan, yang belum lama mengenal saya pun, merasakan hal-hal yang bermanfaat dalam merajut persaudaraan dan persahabatan.
Begitulah Agus memberikan kesaksian yang mengalir dari ketulusan hatinya. Bagi saya, yang lebih penting bukanlah yang dia katakan, melainkan kehadirannya. Padahal, Agus sendiri sebetulnya baru saja sakit. Suaranya masih parau. Namun, dia tetap datang dan hadir dalam kebersamaan dengan kami malam itu (Minggu, 26/11/207).
Pemilik hak cipta
Lebih dari segalanya, kehadirannya adalah kehadiran yang mencerminkan peradaban kasih dalam semangat persaudaraan dan persahabatan dalam keberagaman. Beliau seorang Muslim yang saleh. Menjadi aktivis Ansor di Kecamatan Jambu, namun, beliau berkenan hadir meneguhkan persahabatan bersama kami dalam acara perpisahan itu.
Mas Agus, panjenengan luar biasa! Terima kasih atas persahabatan kita. Semoga menjadi berkat bagi umat dan masyarakat!***
