Inspiration

Boleh Nggak Sih Mendoakan Orang Yang Sudah Meninggal? Kenapa Tidak?

Sahabat Peradaban Kasih UC-Wemedia yang terkasih, ada yang bertanya padaku, “Haul itu apa sih Romo? Kenapa Romo ikut-ikutan?” Menurutku pertanyaan ini bagus. Bahkan yang bertanya masih menambahkan pertanyaan: Boleh nggak sih mendoakan orang yang sudah meninggal? Lalu apa jawabannya?

Pemilik hak cipta: Aloys Budi Purnomo Pr

Sejauh kuikuti, kualami dan kuapahami dari pengalaman-pengalaman menghadiri haul; haul adalah rangkaian peringatan tahunan seseorang yang sudah meninggal dunia. Dalam acara haul biasanya terdapat sejumlah rangkaian kegiatan misalnya, ziarah, dzikir, tahlil, halaqah, manaqib, tausyrah, bakti sosial dan karya amal (sumber dari www.nu.or.id).

Ketika saya mengikuti Islamic Studies pada tahun 1997 bersama Prof Dr. H. Amin Abdullah dari UIN Sunan Kalijaga (waktu itu masih IAIN), saya mendapatkan informasi bahwa Rasulullah Nabi Muhammad SAW selalu berziarah ke makam para syuhada di bukit Uhud pada setiap tahun.

Sesampainya di Uhud beliau menyerukan doa sebagaimana dalam surat Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d ayat 24: Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu; maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. Inilah salah satu alasan yang menjadi sandaran hukum dalam agama Islam bagi pelaksanaan peringatan haul, khususnya yang dilakukan oleh para sahabat dari kalangan Nahdlatul Ulama.

Memperingati, mengenang dan mendoakan orang yang sudah meninggal dunia juga ada dalam tradisi agama Katolik. Salah satu teks yang menjadi acuan adalah dari Kitab Makabe II 12:43-46. Dalam penanggalan liturgi Katolik bahkan terdapat satu hari khusus untuk mendoakan para arwah, yakni pada tanggal 2 November setiap tahun. Itu yang dilakukan secara bersama serentak di seluruh dunia. 

Kecuali itu, masih ada kesempatan mendoakan secara pribadi, sebagai kekuarga atau komunitas yang dibuat entah itu 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 1000 hari dan selanjutnya tiap tahun pada hari meninggalnya seseorang. Itulah yang serupa setara dengan haul.

Menurut saya, sebagaimana diajarkan dalam agama Islam dan juga dalam agama Katolik, memperingati, mengenang, dan mendoakan orang yang sudah meninggal dunia adalah bagian dari ungkapan iman. Itulah tindakan kasih.

Seperti gayung bersambut, dalam masyarakat kita pada umumnya di Indonesia pun, kita mengenal tradisi itu. Karena itu, menurutku, inilah yang juga menjadi bagian dari peradaban kasih dari kita yang masih hidup untuk yang sudah meninggal dunia. 

Itulah sebabnya, setiap kali saya mendapat undangan untuk haul dari para sahabatku yang beragama Islam, dengan gembira aku selalu berusaha hadir. Kunikmati indahnya peradaban kasih itu dalam suasana doa, pujian, dan permenunhan sebagaimana dihayati oleh para sahabatku itu. Pada saat yang sama, kupersembahkan doa-doaku pula bagi sanak kerabat dan sahabat yang telah berpulang.

Jadi, mendoakan mereka yang sudah meninggal dunia itu boleh dan bagus. Itulah salah satu ungkapan dan tindakan kasih kita kepada mereka. Kita yang masih hidup di dunia ini tetap memiliki relasi dengan mereka yang sudah berpulang. Salah satu ungkapan dan tindakan kasih kita adalah dengan cara mendoakan mereka. Itulah pula yang dilakukan dalam haul dalam Islam, atau doa arwah dalam Katolik.

Demikian, semoga bermanfaat. Salam peradaban kasih bagi kita semua. Terima kasih. Tuhan memberkati.***

Surabaya, 2/3/2018

Sumber: refleksi pribadi.

Sumber
https://idstory.ucnews.ucweb.com/story/4232334690409538?uc_param_str=dnvebifrmintcpwidsudsvnwpflameefutch&url_from=wmconstomerwebsite&stat_entry=personal&comment_stat=1

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.