Sahabat Peradaban Kasih UC We-Media yang terkasih, percayakah Anda bahwa setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita itu bukanlah suatu kebetulan, melainkan bagian dari misteri rencana kasih Tuhan bagi kita? Lalu kita harus bagaimana?

Referensi pihak ketiga dari gkkkmabes.blogspot.co.id/2015/06
Pertama, menghadapi, mengalami dan menanggapi setiap peristiwa hidup kita, tidak bisa tidak, kita hanya harus menerima bahwa semua itu adalah misteri dari rencana kasih Tuhan bagi kita. Harus di sini bukan paksaan, melainkan ketaatan dalam kemerdekaan.
Dasarnya adalah sebuah keyakinan iman – apa pun agama kita – bahwa Tuhan itu Pengasih dan Penyayang. Kehendak-Nya selalu yang terbaik bagi kita, kendati kerap kali, kehendak-Nya kita temukan dan kita alami dalam peristiwa-peristiwa yang tragis, mengenaskan, dan menyakitkan kita.
Kedua, atas segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita, tak ada jalan lain yang terbaik selain menaruh perhatian dan terus belajar menangkap tanda-tanda kasih Tuhan dalam kehidupan kita. Caranya bagaimana?

Referensi pihak ketiga
Kita terus-menerus belajar mendengarkan dengan seksama dan menangkap dengan cermat setiap gerakan Roh Tuhan yang berhembus laksana angin. Namun arah dan tujuan mata angin Roh Tuhan itu jelas, yakni kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan kita; sebab itulah rencana mendasar dan eksistensial dari Tuhan untuk kita.
Ketiga, seringkali kita mengalami campur-aduk perasaan dalam batin kita. Kesedihan dan kegembiraan, kekalahan dan kemenangan, kekecewaan dan kepuasan, keputusasaan dan keoptimisan pengharapan berbaur silih berganti mengaduk-aduk hati, jiwa dan hidup kita. Kita tidak tahu harus berbuat apa selain menerima dan menerima, bahkan terkadang menerima dalam keadaan terpaksa.
Oke, itu hal yang wajar. Namun, keterpaksaan itu bagian dari disiplin diri untuk menangkap tanda-tanda dan gerakan-gerakan Roh Tuhan sebagaimana saya sebut dalam poin kedua.

Referensi pihak ketiga
Keempat, meski tampaknya klasik, nikmatilah keterpaksaan yang muncul akibat rasa-perasaan negatif ketimbang yang positif itu, sebab lambat laun keterpaksaan itu akan berubah menjadi kebiasaan yang mendewasakan hidup kita. Itulah bagian dari proses kehidupan yang bertumbuh agar berbuah.
Bagi yang mempunyai pengalaman belajar naik sepeda kayuh, pasti kita ingat, saat belajar pertama kali, berapa banyak kita jatuh? Namun, lambat laun kita menjadi biasa, dan kemudian kita bisa menjaga keseimbangan lalu kita bisa mengayuh sepeda kita dengan kencang tanpa harus tumbang. Itulah gambaran kedewasaan seimbang dari keterpaksaan yang diubah menjadi kebiasaan.
Kelima, orang bilang segala sesuatu indah pada waktunya, apalagi dalam misteri rencana kasih Tuhan. Ungkapan ini bukan hanya kata-kata apalagi sekadar syair suatu lagu, melainkan begitulah melodi kehidupan kita mestinya kita mainkan dalam penyelenggaraan kasih Tuhan.
Untuk itu, dibutuhkan kesabaran, ketekunan, kesetiaan, bahkan ketaatan dalam menerima setiap peristiwa kehidupan kita, sepahit, setragis, semengenaskan apa pun. Sesudah petir menyambar, akan selalu ada rintik hujan yang menyegarkan dan menyuburkan.
Demikian, terima kasih. Salam peradaban kasih. Semoga bermanfaat. Tuhan memberkati.***
Kampus Ungu Semarang, 14/3/2018
Sumber: refleksi pengalaman pribadi.