Sahabat Peradaban Kasih UC News yang terkasih, hari Jumat menjelang Minggu Paskah tak pernah berubah. Hari Jumat menjelang Paskah selalu disebut Jumat Agung. Kita bisa menggali inspirasi tentang ketaatan sampai wafat sosok Yesus, yang ketaatan-Nya sampai wafat mendatangkan keselamatan bagi semua orang. Mengapa?

Referensi pihak ketiga
Hari Jumat menjelang Minggu Paskah disebut Jumat Agung, karena di dalam kenangan akan peristiwa kematian Yesus di kayu salib pada hari Jumat Agung, terdapat keagungan kasih Allah kepada umat manusia dan seluruh semesta. Itulah sebabnya, hari Jumat menjelang Minggu Paskah disebut Jumat Agung. Mengapa demikian?
Dalam tradisi iman Kristiani, apa pun denominasinya, hari Jumat Agung adalah hari peringatan kematian Yesus. Ia taat sampai wafat, agar semua orang selamat. Di Indonesia, tanggal pada hari Jumat menjelang Paskah selalu tertulis angka merah. Tertulis di sana keterangan: Wafat Yesus Kristus (atau Isa Almasih dalam Bahasa Arab). Peringatan akan kematian Yesus Kristus ditandai dengan libur nasional.

Referensi pihak ketiga
Sesungguhnya, yang mau dikenang dari kematian Yesus Kristus bukan pertama-tama kematian-Nya, melainkan ketaatan-Nya hingga wafat. Memang, ketaatan itu berujung pada kematian. Ketaatan yang berujung pada kematian itu bukanlah kematian yang sia-sia, melainkan kematian yang mendatangkan keselamatan bagi semua orang dan seluruh alam semesta.
Maka, dalam sosok Yesus, kita bisa melihat ketaatan sampai wafat, agar kita semua selamat. Mengapa? Karena ketaatan Yesus sampai wafat berbuah kebangkitan. Kematian bukan akhir, melainkan diikuti dengan kebangkitan dan kehidupan yang sama sekali baru, meski dengan tetap menghadirkan tubuh yang sama, namun dalam kemuliaan. Wafat dan kebangkitan Yesus merupakan jalan yang dipakai oleh Allah untuk membuka pintu kehidupan baru dalam keabadian. Kematian dan kebangkitan-Nya tertuju untuk seluruh umat manusia, bahkan seluruh alam semesta.

Referensi pihak ketiga
Hal inilah yang membuat saya pribadi menyadari dengan rendah hati, bahwa ternyata hidup ini lemah, rapuh, ringkih, bahkan berdosa. Hidup kita yang lemah, rapuh, ringkih, dan berdosa ini melangkah menuju kematian. Namun, berkat ketaatan Yesus sampai wafat, dan membuat semua orang selamat, tak terkecuali saya dan Anda, saya menjadi lebih berpengharapan bahwa di balik kematian ada kehidupan. Di balik penderitaan ada kebahagiaan. Di balik kedukaan ada kegembiraan.
Itulah sebabnya, kita semua perlu pula belajar bersikap taat. Ketaatan itu akan selalu disertai dengan pengorbanan, yang dalam arti tertentu bisa disebut “kematian”; namun ketaatan itu akan mendatangkan kebahagiaan, kemajuan, kesejahteraan, dan keselamatan.

Referensi pihak ketiga
Mari kita ambil contoh sederhana ketaatan yang mendatangkan keselamatan. Ketaatan kita pada peraturan lalu lintas, akan membuat kita dan orang lain selamat. Ketidaktaatan dan pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas, akan membahayakan diri kita dan orang lain. Ini contoh ketaatan yang paling sederhana dalam kehidupan bersama di jalanan. Anda bisa mengambil contoh yang sesuai dengan hidup Anda masing-masing untuk memaknai bahwa ketaatan itu akan mendatangkan keselamatan.
Karena itu, mari kita juga belajar taat, agar kita pun selamat. Ketaatan pada segala aturan, ajaran, norma, hukum, dan dogma agama kita masing-masing, apa pun agama dan kpercayaan kita, pasti akan mendatangkan keselamatan kita juga. Bahkan, ketaatan itu akan mendatangkan keselamatan di dunia ini maupun di keabadian nanti.
Sudahkan Anda taat agar selamat? Mari kita mulai, sebab tak ada kata terlambat untuk belajar taat! Selamat mencioba. Salam peradaban kasih. Tuhan memberkati.***
Johar Wurlirang, Jumat Agung 2018.
Sumber: refleksi pribadi di Hari Jumat Agung 2018.