Sahabat Peradaban Kasih UC News yang terkasih. Sahabatku, Gus Tedi Kholiludin, menyampaikan, bahwa akan bersilaturahmi kepadaku untuk berbagi pengalaman tentang spiritualitas (tasawuf) dalam Tradisi Katolik. Mereka datang hari Kamis (5/4/2018). Untuk menyambut 15-an mahasiswa-mahasiswi Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) itu, saya mempersiapkan bahan sederhana ini. Semoga bermanfaat.
Theresia Avila (1515-1582).

Referensi pihak ketiga – Theresia Avila mengajarkan bahwa kita harus memiliki kepercayaan yang besar akan kasih penyelenggaraan Tuhan bagi kita. Seseorang yang memiliki Tuhan, tidak akan kekurangan suatu apa pun. Tuhan saja sudah cukup. Sumber: yesaya.indocell.net.
Dalam tradisi Katolik, kata spiritualitas selalu dipahami berakar dari kata Spiritus Sancti (Roh Kudus). Sumber dari segala spiritualitas adalah Roh Kudus yang dicurahkan Allah kepada manusia. Setiap orang yang hidup dalam daya kuasa dan bimbingan Roh Kudus, akan menerima pengalaman batiniah yang mengarahkan dirinya untuk selalu bersatu dengan Tuhan, sesama, bahkan semesta.
Yohanes dari Salib (1542-1591)

Referensi pihak ketiga – Baginya: Pintu masuk yang menghantarnya kepada kekayaan kebijaksanaan adalah salib; oleh sebab salib adalah pintu yang sempit, meskipun banyak orang mencari sukacita yang dapat diperoleh darinya, karunia tersebut hanya diberikan kepada sedikit orang yang rindu untuk melaluinya. SUmber: katakombe.org
Penghayatan spiritualitas yang mendalam secara baik dan benar, bahkan akan membuat seseorang menerima anugerah pengalaman mistik. Inilah beberapa contoh, dalam sejarah gereja, pribadi-pribadi yang menerima anugerah pengalaman mistik!
Padre Pio (1887-1968)

Referensi pihak ketiga – Saya pernah berziarah ke tempat beliau hidup, berkarya, dan wafat. Padre Pio termasuk salah satu tokoh mistik yang mendapat karunia ketidakhancuran tubuh sesudah kematiannya. Padre Pio juga menerima sitgmata luka-luka Yesus Kristus. Sumber: padrepiodevotions.org
Dalam diri tiga tokoh itu, saya banyak belajar tentang spiritualitas dan pengalaman mistik seturut tradisi Katolik. Mereka memiliki pengalaman yang dahsyat. Bahkan mereka rela menanggung penderitaan lahir maupun batin, demi menghayati bimbingan Roh Kudus sebagai pendorong spiritualitas mereka.

Referensi pihak ketiga – Saat daku berdoa di dekat jenazah Padre Pio pada tanggal 16 Oktober 2016

Referensi pihak ketiga – Saat daku bergaya memohon berkat Padro Pio melalui patung di Rottondo, 16 Oktober 2016
Demikian, semoga bermanfaat. Salam peradaban kasih. Tuhan memberkati.***