Sahabat Peradaban Kasih UC We-Media yang terkasih, Mari kita berhati-hati! dengan setiap perkataan yang kita ucapkan. Pepatah inspiratif mengatakan: mulutmu adalah harimaumu! Pepatah itu menginspirasi saya untuk menulis artikel ini. Perkataan yang benar adalah buah dari cara hidup yang benar pula. Hal yang sama berlaku sebaliknya. Perkataan buruk yang terucap dari diri kita adalah cermin kepribadian kita pula. Maka, hati-hati dalam berucap, berkata-kata dan berbicara entah secara lisan maupun tulisan.

Referensi pihak ketiga
Benar bahwa yang kita hayati jauh lebih penting daripada yang kita katakan. Namun jangan lupa dan berhati-hatilah dengan perkataan dan ucapan-ucapan Anda. Perkataan yang baik dan benar adalah buah cara hidup yang baik dan benar pula. Dari dalam hati dan hidup kitalah meluap setiap perkataan dan pikiran kita. Hidup yang dipenuhi oleh kasih dan pengampunan akan melahirkan kata-kata yang memaafkan dan mengampuni. Kata-kata syukur dan puji bagi Tuhan hanya meluap dari orang yang hidupnya dipenuhi rasa syukur dan rahmat dari Tuhan.

Referensi pihak ketiga
Orang yang hidupnya dipenuhi oleh rasa kecewa, amarah, dan dendam; perkataan dan ucapan-ucapannya juga penuh kebencian. Ia belum selesai dengan dirinya sendiri dan dengan mudah pula ia akan menghakimi orang lain. Itulah sebabnya, terhadap komentar-komentar miring, sinis, negatif dan dinodai rasa benci; saya biasanya hanya belajar untuk memahami dan mengampuni. Saya berdoa untuk yang bersangkutan sebab ia sedang tidak tahu yang sedang ia lakukan. Dengan cara itu, saya juga belajar membentuk diri, pikiran, hati dan jiwa yang positif. Semoga dengan begitu saya juga boleh menjadi tanda kebaikan dan kasih dalam kehidupan ini.

Referensi pihak ketiga
Demikian, salam peradaban kasih. Terima kasih. Tuhan memberkati.***