Sahabat Peradaban Kasih UC News yang terkasih. Santa Teresa Kalkuta berkata, “Jika kita mengasihi sampai terluka, maka tak akan ada lagi luka, justru kasih semakin mendalam semata yang ada!” Nasihat ini sangat inspiratif untuk membangun sikap tulus kita dalam mencintai hingga titik darah penghabisan. Dan di sanalah mahkota cinta sejati dikenakan di kepala kita.

Referensi pihak ketiga
Tterinspirasi nasihat itu, saya mengembangkannya menjadi seperti ini. Tak ada cinta tanpa luka, terutama bagi yang mencinta. Tak ada kasih tanpa perih dan pedih, bagi yang mengasihi. Namun dalam cinta luka tak akan ada lagi selain cinta yang semakin peduli. Dalam kasih luka tak ada lagi selain kasih yang kian mendalam.

Referensi pihak ketiga
Apa maksudnya? Menurutku, jawabannya ada dalam kutipan berikut ini. St. Teresa berkata, “Roh mencurahkan cinta, damai dan sukacita dalam hati kita sebanding dengan pengosongan diri kita dari kepuasan diri, suka dipuji, marah dan ambisi pribadi dan kesediaan kita memanggul penderitaan kita (bagi yang Katolik itu sama dengan memanggul salib Yesus).”

Referensi pihak ketiga
Mencintai hingga diri kita terluka, namun luka itu justru menyempurnakan cinta itu sendiri. Menurutku, itulah cinta orangtua kepada anak-anaknya, terutama kasih seorang ibu. Cinta itu juga nyata dalam diri para guru sejati yang mendidik anak-anak dengan martabat sejati sebagai sungguh-sungguh guru. Cinta itu ada dalam diri para perawat, dokter dan siapa saja yang melayani para pasien dengan cinta kasih yang murni.

Referensi pihak ketiga
Semoga kita pun terinspirasi oleh cinta sejati hingga rela mencinta sampai diri kita terluka dalam mencinta, apa pun tugas dan panggilan kita; apa pun agama dan kepercayaan kita. Ibarat terluka oleh duri, namun kita mengalami harumnya mawar semerbak melingkupi kehidupan kita. Salam peradaban kasih. Terima kasih. Tuhan memberkati.***