Sahabat Peradaban Kasih UC News yang terkasih. Ternyata, kerendahan hati meminta dan menerima itu membahagiakan. Yang bahagia bukan hanya kita yang meminta dan menerima, melainkan juga yang kita mintai dan yang memberikan kepada kita. Nyata dan inspiratif bukan? Hanya orang-orang yang berhati nurani jernih saja yang bisa memahami realitas inspiratif ini.

Referensi pihak ketiga
Sejak Kamis pagi (12/4/2018), saya hanya bisa menerima dan menerima; bahkan dengan meminta. Namun meminta dan menerima dengan rendah hati itu ternyata membahagiakan!. Kebahagiaan justru dirasakan oleh mereka yang kita minta dan lalu bisa memberikan yang terbaik kepada kita. Saya melihat wajah sumringah Mbak Nina, petugas cleaning servis kami, yang kumintai tolong mengentas telur yang kurebus. Saya melihat sukacita di wajah Suster yang menawarkan diri mengupas telur rebus itu dan saya mengatakan, “Baik. Terima kasih.” Saya juga melihat wajah bahagia Mas Ratno yang, salah seorang Sopir Unika Soegijapranata, yang menjemput di pastoran dan mengantarku ke rumah sakit. Sepanjang jalan, beliau berkisah tentang pengalamannya nyetir truk dan bus dengan bermodalkan SIM B1. Wow keren. Padahal badannya kurus dan kecil.

Referensi pihak ketiga
Saya pun bahagia menerima semua pelayanan mereka. Dengan rendah hati kusyukuri semua bantuan yang kuterima di saat kulemah dan sakit. Mereka semua memberikan yang terbaik, juga Mas Tris dan Mbak Arianti yang mendorong tempat tidur pembaringanku, yang berkata “Maaf berjalan mundur sebentar ya Romo…” Itu dikatakan saat mendorong tempat tidurku dengan posisi kepala di depan.

Referensi pihak ketiga
Itulah beberapa contoh nyata yang bisa menginspirasi kita untuk bisa menerima dengan rendah. Kenyataannya, saat kita bisa menerima dengan rendah hati, kita membahagiakan orang lain. Kita pun bahagia karenanya. Jadi, marilah kita saling menerima dengan rendah hati agar tercipta kebahagiaan di antara kita. Salam peradaban kasih. Terima kasih. Tuhan memberkati.***