Sahabat Peradaban Kasih yang terkasih. Falsafah Jawa menfajarkan bahwa pada dasarnya manusia itu penuh misteri, tak dapat atau sulit diduga dan dikira. Peribahasa Indonesia bilang, dalamnya lautan bisa diukur, tetap dalamnya hati manusia siapa tahu? Inspirasi dan motivasi apa yang bisa direnungkan dari falsafah ini?

Referensi pihak ketiga
Falsafah Jawa ini justru membawa refleksiku sampai pada pengalaman akan Tuhan. Jangan Tuhan yang menciptakan manusia. Sedangkan manusia ciptaan Tuhan saja sudah dikatakan manungsa tan kena kinira kinaya ngapa, apalagi Sang PenciptaNya.
Berangkat dari falsafah ini, saya lantas merenungkan. Lah iya, manusia saja sudah penuh dengan misteri, betapa lebih lagi Tuhan ya. Maka, mustahil manusia bisa menjelaskan misteri kwberadaan Tuhan dengan akal budinya yang terbatas.

Referensi pihak ketiga
Tapi Gan, tak berarti bahwa keberadaanNya tak bisa dijelaskan dengan bahasa manusia. Bisa, tapi tetap dengan keterbatasan bahasa manusia yang sudah penuh misteri pula. Nah, jalan paling mudah mengalami keberadaan dan kehadiranNya adalah dengan kembali kepada jatidiri manusia. Pandanglah manusia sebagai sesama yang memancarkan kehadiranNya. Di sinilah makna kebenaran Sabda Kehidupan: Segala seauatu yang kamu lakukan kepada saudaramu yang paling hina ini, swmua itu kamu lakukan bagiKu! Hebat!
Jadi, dalam diri janma manungsa yang tan kena kinira kinaya ngapa sesungguhnya hadir pula Tuhan Sang Pencipta yang lebih lagi tan kena kinira kinaya ngapa! Satu-satunya jalan hanyalah berserah tunduk taat dalam kerendahan hati di HadiratNya!

Referensi pihak ketiga
Terima kasih. Salam peradaban kasih. Tuhan memberkati kita semua.***