Sahabat Peradaban Kasih yang terkasih. Mari kita lanjutkan merenungkan sSabda Yesus ini yang sungguh menarik hati. Bahkan hanya dengan mendengarkan saja, yakinlah, jiwamu akan tenang. Inti permenungan ini adalah, mari kita belajar dari Yesus agar kita bahagia dalam kebahagiaan sejati!

Referensi pihak ketiga
Maka, untuk membantu mendengarkan sabda itu, saya menggubahnya menjadi sebuah lagu. Dengarkan saja maka jiwamu akan tenang. Inilah lagunya, sebagaimana saya nyanyikan sendiri. Syair lagunya saya gubah dari sabda Yesus tersebut.
Orisinil
Lagu itu saya gubah dari sabda Yesus ini. ”Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.” (Mateus 11:28-30)
Saya jadi ingat yang ditulis oleh St. Paulus saat menasihati umat di Galatia agar mereka hidup dalam kemerdekaan YesusKristus: “… Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu bersikaplah teguh, dan jangan tunduk lagi kepada kuk perbudakan” (bdk. Galatia 5:1). Tentu, yang dikatakan St. Paulus itu tidak berlawanan dengan yang ditulisnya dalam suratnya kepada umat di Efesus. Kepada umat Efesus, St Paulus mengundang kita untuk menjadi “hamba Kristus, yang melakukan kehendak Allah dari hati” (lihat Efesus 6:5).

Referensi pihak ketiga
Mari kita lihat konteksnya. Menjadi seorang budak berarti bahwa saya tunduk pada kehendak orang lain atau menjadi bawahan seorang yang lebih kuat dari saya dalam beberapa hal. Nah, secara rohani, kita bisa menjadi budak bukan oleh seseorang melainkan oleh sesuatu keadaan, sifat, kelemahan dan bahkan dosa. Seseorang yang merupakan budak dari hasrat, nafsu, kesombongan, keegoisan atau sifat buruk lainnya tunduk pada sifat buruk itu sebagai sesuatu yang lebih kuat daripada diri sendiri.
Nah, di sinilah, Yesus memanggil kita bukan untuk menjadi budak, melainkan untuk menjadi sahabat yang dikasihi, yang dimerdekakan, yang diberi kelegaaan. Maka, teks Injil Mateus 11:28-30 cocok dengan yang disabdakan Yesus dalan Injil Yohanes 15: 14-15.
Kiranya, dalam arti itu pulalah yang dimaksudkan oleh St. Paulus. Menjadi “hamba” Kristus berarti mempercayakan hidup saya kepada-Nnya secara bebas merdeka dengan maksud untuk mengikuti ke mana pun Yesus memimpin hidup kita. Pengalaman sejarah Kristiani menunjukkan bahwa Yesus Kristus selalu menuntun kita di jalan yang mengarah pada kebahagiaan dan pemenuhan kita yang sempurna bahkan dalam segala kelemahan, kerapuhan, keringkinan, dan kedosaan kita. Tentu saja, tidak usah cemas dan takut akan penderitaan dan salib, sebab itulah jalan menuju kemerdekaan dan kebahagiaan yang sempurna dan sejati. Mari kita belajar dari Yesus agar kita bahagia dalam kebahagiaan sejati!

Referensi pihak ketiga
Demikian, semoga bermanfaat. Terima kasih. Tuhan memberkati. Salam peradaban kasih.***
Kampus Ungu Unika Soegijapranata, 18/7/2019
»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Sumber: Refleksi pribadi berdasarkan Bacaan Liturgi 18 Juli 2019 Hari Biasa, Pekan Biasa XV Mateus 11:28-30