Saya selalu tidak sepakat dengan pendapat bahwa kerukunan itu hanya komoditas elit para tokoh, sementara di akar rumput tidak. Rukun di atas, di bawah merusak (?), ah, yang benar saja! Setiap kali menerima pertanyaan dan pernyataan senada seperti itu, saya selalu membela dan melawan dengan segenap pikiran dan contoh kenyataan yang kualami sehari-hari. Mengapa?
Orisinil
Jawabannya jelas, pernyataan dan asumsi itu tidak benar! Video dalam youtube atas peristiwa akar rumput yang kualami sebagaimana terlampir dalam tulisan ini hanyalah salah satu contoh kekuatan kerukunan akar rumput. Masih banyak contoh yang lain kekuatan kerukunan akar rumput yang amat bagus. Anda pasti memiliki jauh lebih banyak dan merasakan kekuatan kerukunan akar rumput itu.
Sederhana saja, kalau kerukunan akar rumput tidak bagus, atau tidak sebagus kerukunan di tingkat elit, bangsa ini sudah roboh ambruk! Setiap saat saat yang ada hanyalah pertikaian, perselisihan, peperangan dan kekerasan antarwarga di tingkat akar rumput. Dan itu tidak terjadi bukan?
Maka, fakta dan data ini sudah cukup terang benderang bagi saya untuk membela mati-matian dan habis-habisan kerukunan itu hanya komoditas tingkat elit para tokoh dan tidak di kalangan akar rumput. Saya selalu menjawab dan mengatakan, justru akar rumput itu merupakan maha guru dan guru besarku dalam rangka merajut kerukunan harian tanpa pamrih dan kepentingan politik dan kekuasaan.
Fakta yang terjadi dalam kasus-kasus kekerasan di akar rumput yang muncul sesekali justru – kalau kita mau jujur – bersumber dari provokasi kepentingan elite politik yang merusak kerukunan akar rumput. Demi maksud tujuan kotor, kerukunan akar rumput dikacaubalau untuk merusak suasana hidup harmonis dan damai. Melalui oknum tertentu, pihak-pihak yang tidak ingin harmoni hidup bersama berkembang, maka dikacaubalaukanlah suasana rukun, harmonis dan damai di akar rumput dengan letupan-letupan kekerasan dan sikap intoleran.
Menurut hemat saya, hal itulah yang harus kita waspadai. Jangan mudah kita diadu domba dengan cara-cara kotor dan tidak beradab, apalagi menggunakan isu-isu agamais. Mestinya, makin lama, kita kian cerdas dalam kearifan menangkap setiap gejala kekerasan dan sikap intoleran yang sesekali meletup di tingkat akar rumput.
Dalam satu dekade 2008-2018, saya belajar dan berjuang dengan kasih sayang, cinta dan sikap hormat mewujudkan persaudaraan dan kerukunan melalui Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang. Di sanalah, saya melihat dan belajar dari kekuatan kerukunan akar rumput.
Kekuatan kerukunan akar rumput itu dimulai dari dalam keluarga, rukun RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, Kota/Kabupaten dan Provinsi yang tersebar seluar Nusantara ini. Maka, tugas dan panggilan kita pulalah untuk tetap menjaga kekuatan kerukunan akar rumput itu dengan tidak gampang terprovokasi oleh letupan-letupan sesaat yang justru hendak merusak dan melemahkan kekuatan kerukunan akar rumput.
Jadi, pernyataan bahwa kerukunan hanya terjadi di tingkat elit, dan di akar rumput merusak, bagi saya, pernyataan ini salah besar, untuk tidak mengakatakan sesat pikir. Hal sama juga berlaku untuk pernyataan: di atas rukun, di bawah merusak…! Pernyataan ini sama sekali tidak memiliki dasar yang kuat bila dibaca dalam kerangka refleksi saya ini.
Terima kasih kepada seluruh rakyat dan masyarakat akar rumput tingkat bawah yang telah menjadi guru besar-guru besar saya dalam hal kekuatan kerukunan akar rumput. Terima kasih kepada para sahabat, para tokoh dan pemuka agama, ulama, habaib, ustadz, kiai, romo, rohaniwan dan para elite yang dengan ikhlas dan tulus telah mengajarkan dan mencontohkan bahkan memperjuangkan terus-menerus tanpa kenal lelah bahwa kerukunan dan persaudaraan dalam keberagaman itu sangat penting untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan UUD 1945.
Dari sanalah, sinergi antara kekuatan akar rumput dan tingkat atas (elite) akan melahirkan peradaban kasih bagi masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat, dan beriman, apa pun agama kita. Salam sejahtera untuk kita semua. Salam, rahayu dan Berkah Dalem (= Tuhan memberkati).***

Pemilik hak cipta: Aloys Budi Purnomo Pr
Sumber: refleksi dan pengalaman pribadi.