Inspiration

Jangan Salah, Materi Bukan Ukuran Kebahagiaan

Bagaimana cara membuat hidup kita lebih bahagia? Jangan salah, materi bukanlah ukuran kebahagiaan kita. Mengapa? Menurutku, inilah jawabannya.

Referensi pihak ketiga

Sang Guru Kehidupan mengajarkan, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena mereka yang mempunyai Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah…” (Mateus 5:3-9).

Itulah tolok ukur kebahagiaan yang sejati, yang sama sekali tidak dilandaskan pada ukuran materi. Kebahagiaan itu merupakan pengalaman hidup yang nyata ketika kita mengalami damai-sejahtera di saat-saat yang penuh paradok dan begitu kontras.

Referensi pihak ketiga

Lebih dari segalanya, kebahagiaan hidup itu diukur oleh kemampuan berserah kepada Allah; kemampuan mengembangkan sikap lemah lembut, kemampuan bersikap murah hati; dan kemampuan menjadi pembawa damai.

Apalah artinya harta dan kekayaan materi yang kita miliki, bila kita tidak memiliki kemurahan hati kepada sesama yang membutuhkan perhatian kita? Apalah artinya materi yang berkelimpahan, bila kita berada dalam pertikaian, perpecahan, dan permusuhan terhadap sesama?

Referensi pihak ketiga

Maka, jangan salah, kebahagiaan tidak diukur oleh materi. Materi bukanlah ukuran kebahagiaan kita. Memang, tanpa uang, tanpa materi, tanpa harta, bagi orang tertentu, segala-galanya bisa jadi tidak menentu. Namun, uang, materi, dan harta tidak akan menentukan segala-galanya, apalagi bila dihubungkan dengan kehidupan sesudah kematian kita.

Saat kita mati, semua harta, kekayaan dan materi itu tidak akan kita bawa. Yang kita bawa untuk memasuki kebahagiaan sejati yang abadi adalah sikap berserah kepada Allah; kelemahlembutan dan kemurahan hati; dan di atas segalanya, kemampuan kita hidup berdamai dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan semesta, dan dengan Allah Sang Pencipta!***

Sumber: refleksi pribadi berdasarkan Mateus 5:3-9.

Sumber
https://idstory.ucnews.ucweb.com/story/665948128812477?uc_param_str=dnvebifrmintcpwidsudsvnwpflameefutch&url_from=wmconstomerwebsite&stat_entry=personal&comment_stat=1

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.