Sahabat Peradaban Kasih UC We-Media yang terkasih, dalam artikel ini, ijinkan saya melanjutkan narasi tentang kisah persahabatan seorang Pastor dengan Habib. Pastornya adalah saya sendiri. Habibnya tidak lain adalah Maulana Al Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya. Mungkinkah persahabatan itu terjadi? Seperti apakah persahabatan itu diungkapkan?

Pemilik hak cipta: Aloys Budi Purnomo Pr
Inilah kisah setitik embun kecil di lautan semarak acara Haul Habib Hasan bin Thoha bin Muhammad bin Yahya di Jl. Duku, Lamper Kidul, Semarang (Kamis, 1/3/2019). Puncak dari rangkaian acara itu adalah ketika Habib Luthfi muncul di atas panggung. Pertama, beliau menerima penghargaan untuk Habib Hasan bin Thoha bin Muhammad bin Yahya yang ternyata dalam riwayat hidupnya (manaqib) disebutkan, Habib Hasan bin Thoha ini mempunyai peranan penting dalam perjuangan kemerdekaan, bahkan menjadi bagian dari Kerabat Sri Sultan Hamengkubuwono II. Kedua, Habib Luthfi memberikan ceramahnya yang selalu khas penuh semangat nasionalisme.
Persahabatan itu masih terus kami ungkapkan. Bahkan, sesudah rangkaian acara haul selesai. Di tempat transit, keakraban masih terus berlangsung, sebagaimana tampak dalam foto-foto yang menjadi ilustrasi maupun gambar sampul artikel ini. Dari foto-foto yang diambil dengan gajetku oleh Mas Chandra, salah satu santri Habib Luthfi itu, Anda sudah bisa merasakan seperti apakah persahabatan yang terjadi di antara kami, Habib Luthfi dan saya.

Pemilik hak cipta: Aloys Budi Purnomo Pr
Di sinilah, di hadapan para hadirin, Habib Luthfi juga tanpa sungkan menunjukkan persahabatan beliau denganku. Tanpa ragu, tanpa basa-basi, kami cipika-cipiki. Saya pun selalu mencium tangan beliau sebagai tanda hormat dan cinta. Persahabatan mengalir dan mengalir menjadi berkat, bukan hanya bagiku, melainkan juga bagi siapa yang menyaksikannya.
Para satri, warga masyarakat, dan umat, siapa saja, yang menyaksikan peristiwa sederhana itu namun penuh dengan persahabatan, langasung maupun tidak langsung akan melihat pula pesan persahabatan yang hendak kami sampaikan, bukan dalam perkataan hampa, melainkan dalam tindakan nyata. Itu saja pesan terpenting yang selalu kurasakan dari peristiwa seperti itu.

Pemilik hak cipta: Aloys Budi Purnomo Pr
Karenanya, apa jadinya kalau pastor dan al habib saja bisa bersahabat penuh kasih dan dalam sikap saling hormat? Mestinya, umat dan warga masyarakat mengupayakan persahabatan yang sama. Jangan ragu-ragu untuk saling membangun persahabatan, sebab begitulah persahabatan itu telah dan selalu akan kami hayati; karenanya, marilah siapa saja juga saling menghayatinya tanpa keraguan.
Karenanya, tujuan dari persahabatan antara pastor dan habib serta sebaliknya, tidak hanya menjadi tujuan personal kami. Tujuan utamanya adalah memberikan suatu kesaksian bahwa persahabatan dalam perbedaan di tengah keberagaman dalam sikap saling hormat dan cinta itu sangatlah mungkin!

Pemilik hak cipta: Aloys Budi Purnomo Pr
Oleh sebab itu, tak perlu lantas muncul kalimat, “Halah! Persahabatan itu kan hanya tingkat elit, sementara di akar rumput tidak!” Kalimat ini salah besar. Tingkat akar rumput pun memiliki kearifan persahabatan yang luar biasa dalam keberagaman. Nah, persahabatan kami itu menjadi peneguh, mengafirmasi bahwa persahabatan dan kerukunan yang sudah terjadi di akar itu sangat bagus, lanjutkan, jangan dirusak oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
Begitulah makna persahabatanku sebagai seorang Pastor Katolik dengan Al Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya. Demikian, semoga catatan reflektif ini menginspirasi kita semua dalam membangun persahabatan di tengah keberagaman.
Salam peradaban kasih. Terima kasih. Tuhan memberkati.***
Kampus Ungu Semarang, 2/3/2018.
Sumber: refleksi pengalaman pribadi persahabatan dengan Al Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya.