Sahabat Peradaban Kasih UC We-Media yang terkasih, silahkan memperhatikan satu foto yang menjadi gambar sampul dan ilustrasi artikel ini. Tahukah Anda bahwa ada kisah indah di balik foto Ini? Seperti apakah kisah itu selengkapnya?

Referensi pihak ketiga; foto diambil oleh Kang Muhamad Nursalim SH, lalu dikirimkan kepada saya oleh Kang Husni Muhammad
Foto ini dikirimkan padaku oleh Kang Husni Muhammad. Menurut penuturan Kang Husni, foto ini syarat dengan makna justru karena kisah yang ada di balik foto ini.
Perhatikanlah, bahwa dalam foto tersebut terabadikan kebersamaan antara anak-anak remaja dari dua komunitas. Yang pertama adalah para putra-putri altar Paroki Algonz Surabaya. Yang kedua, yang utama, adalah para remaja personel Jamaah Sholawat Al Ikhlas dari Lamongan asuhan Kang Muhamad Nursalim SH.
Sebetulnya, Jamaah Sholawat Al Ikhlas Lamongan tersebut diundang untuk berpartisipasi dalam Pentas Seni Warkop Anak Bangsa yang diselenggarakan oleh Orang Muda Katolik Paroki Algonz. Acara Pentas Seni diselenggarakan di Balai Pertemuan Paroki yang berada di samping gedung gereja Algonz. Namun apa yang terjadi, ternyata, Kang Nursalim mengajak jamaahnya, untuk masuk dan melihat-lihat gereja. Begitulah, mereka pun berfoto bersama dengan para putra-putri altar di Paroki Algonz.
Tujuan Kang Muhamad Nursalim melakukan itu, saya duga, sebagaimana menjadi perhatian beliau selama ini, untuk membangun kerukunan dan sikap hormat dalam keberagaman terhadap perbedaan. Itulah yang selama ini juga diajarkannya kepada anak-anaknya.
Yang menarik adalah, salah satu dari anggota Jamaah Sholawat tersebut adalah seseorang yang pada suatu waktu sebelumnya, pernah mengatakan kepada salah seorang anak Kang Muhamad Nursalim yang pernah berfoto di gereja sebagai (maaf) “kafir”. Namun, saat berada bersama dengan teman-temannya, dia pun mau berfoto di dalam gereja itu.
Di sinilah sisi indah foto tersebut. Pertama, Kang Muhamad Nursalim, sebagai seorang yang beragama Islam, mengajak jamaahnya untuk melek agama lain dan membangun sikap hormat dengan cara sederhana, berfoto di dalam gereja bersama dengan remaja Katolik yang kebetulan menjadi putra-putri altar.
Kedua, ada perubahan sikap dalam diri salah satu jamaah Kang Muhamad Nursalim. Sebelumnya, dia mengatakan bahwa salah satu anak Kang Muhamad Nursalim yang berfoto di gereja adalah “kafit”. Namun, kini, dia sendiri ikut berfoto di dalam gereja bersama teman-temannya.
Dalam hal ini, Kang Muhamad Nursalim berhasil membongkar paradigma lama bocah itu dengan paradigma baru yang lebih menghadirkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Maka, saya sangat bersyukur dan terharu mendengar kisah di balik foto tersebut, sebagaimana dituturkan oleh Kang Husni Muhammad, sahabatku dari Pogot, yang juga berasal dari Lamongan itu.
Demikian, kisah indah di balik foto tersebut. Terima kasih Kang Muhamad Nursalim yang berhasil mengajarkan kepada generasi muda untuk terus merajut kerukunan dalam keberagaman, dan dalam sikap positif saling menghormati. Terima kasih pula atas teladan yang Panjenengan berikan kepada anak-anak melalui kehidupan Panjenengan, yang saya yakin semakin membuat ke-Islam-an Panjenengan semakin kokoh namun juga menjadi berkat bagi umat dan masyarakat. Terima kasih Kang Husni Muhammad atas kisah Penjenengan saat menerangkan foto tersebut.
Semoga bermanfaat, menginspirasi dalam membangun peradaban kasih bagi masyarakat yang sejahtera, bermartabat dan beriman, apa pun agama kita. Salam peradaban kasih. Terima kasih. Tuhan memberkati.***
Johar Wurlirang Semarang, 4/3/2018
Sumber: refleksi pribadi atas penuturan Kang Husni Muhammad berdasarkan peristiwa yang dihadirkan Kang Muhamad Nursalim.
Sumber http://idstory.ucnews.ucweb.com/story/2448309288979560?uc_param_str=dnvebifrmintcpwidsudsvnwpflameefutch&url_from=wmconstomerwebsite&stat_entry=personal&comment_stat=1&stat_app=app_profile&entrance=personal