Sahabat Peradaban Kasih UC We-Media yang terkasih, betapa mudahnya kita hidup dalam belenggu prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain. Akibatnya, dengan muda kita terperangkap dalam sikap negatif, baik dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan kita terhadap sesama. Bagaimana hal ini bisa diatasi?

Referensi pihak ketiga dari mulpix.com
Pentinglah bagi kita membebaskan diri dari prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain. Perjuangan untuk melepaskan diri dari prasangka-prasangka buruk terhadap sesama merupakan bagian dari perjuangan hidup rohani yang paling berat justru karena hidup yang dikuasai prasangka-prasangka buruk sudah begitu mengakar dalam diri kita maupun masyarakat kita.
Hidup dalam belenggu prasangka buruk terhadap sesama ditandai oleh pikiran-pikiran negatif terhadap orang lain. Pikiran negatif diungkapkan dalam perkataan bahkan perbuatan kita yang negatif dan buruk pula terhadap sesama. Hal yang sama juga terjadi dan tampak melalui reaksi-reaksi spontan kita terhadap perbedaan yang kita jumpai.
Mengapa ini terjadi? Menurut saya, kita mudah terbelenggu oleh prasangka-prasangka buruk karena kita dengan mudah merasa diri paling benar dan semua orang lain salah. Inilah akar setiap prasangka buruk yang secara spontan.
Prasangka-prasangka buruk itu berwajah rasa takut, curiga, marah, tidak suka, bahkan berujung pada kebencian dan dendam. Hidup kita menjadi tidak aman dan tidak nyaman, apalagi tenteram. Itulah sebabnya, kita harus dan penting untuk membebaskan diri dari setiap prasangka buruk yang membelenggu kita.

Referensi pihak ketiga dari yufid.tv
Bagaimana caranya? Kembangkan paradigma positif terhadap sesama. Buang segala prasangka buruk, ganti dengan pikiran positif. Kita semua adalah manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita diciptakan secitra dengan-Nya. Maka, kebaikanlah yang pada dasarnya melekat dalam diri kita.
Perbedaan itu bukan ancaman, melainkan kekayaan. Keberagaman itu indah laksana taman bunga yang warna-warni. Keberagaman itu kuat dan kokoh laksana bangunan yang memuat berbagai unsur yang saling menopang. Maka, mari kita bebaskan diri kita dari prasangka-prasangka buruk yang justru menghambat kita dalam merayakan keberagaman dan perbedaan yang indah ini. Semoga kita pun kian menjadi bahagia dalam kebersamaan dengan siapa saja dan di mana saja.
Demikian, semoga bermanfaat. Salam peradaban kasih. Terima kasih. Tuhan memberkati.***
Johar Wurlirang Semarang, 7/3/2018.
Sumber: refleksi pribadi.