Inspiration

Meski Tidak Gampang, Mari Kita Tetap Bersukacita Merajut Kerukunan Dan Persaudaraan Sejati

Sahabat Peradaban Kasih UC We-Media yang terkasih, dalam banyak kesempatan memfasilitasi pertemuan dan kegiatan dalam rangka Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (Kom HAK KAS) di banyak tempat, selalu muncul pertanyaan yang intinya mengungkapkan betapa tidak gampang melakukan upaya merajut kerukunan dan persaudaraan sejati. Namun, meski tidak gampang, mari kita tetap bersukacita merajut kerukunan dan persaudaraan sejati. Minimal, itulah yang saya alami selama ini sebagai salah satu kekuatan.

Orisinil

Salah satu sukacita dan kegembiraan itu terekspresikan dalam salah satu sesi pertemuan koordinatif di antara Tim Kerja (Timja) HAK paroki, kevikepan dan anggota FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) se-KAS di Semarang dan Kedu yang kami selenggarakan di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan (Sabtu-Minggu, 17-18/3/2018). Video yang saya sertakan dalam tulisan ini adalah cuplikan yang saya ambil pada sesi pencerahan yang diberikan oleh Dr. Tedi Kholiludin pada hari Minggu pagi (18/3/2018).

Pemilik hak cipta: Aloys Budi Purnomo Pr

Sebelum Gus Tedi memberikan materinya, Sekretaris Kom HAK KAS, Lukas Awi Tristanto mengajak kami semua untuk menghayati kegembiraan dalam upaya merajut kerukunan dan persaudaraan sejati, meski tidak gampang. Maka, untuk menghibur diri, kami menari bersama agar tetap bergembira mengikuti sesi yang ditawarkan. Sangking gembiranya, hingga, Gus Tedi yang menjadi nara sumber pun turut menarik dan bergerak seperti tampak dalam video itu.

Saya sendiri mendasarkan kegembiraan itu pada ajaran Gereja Katolik yang selama ini selalu saya kutip dalam rangka kerukunan dan persaudaraan sejati, yakni Nostra Aetate. Pada artikel kelima dituliskan sebagai berikut.

Pemilik hak cipta: Aloys Budi Purnomo Pr

“Kita tidak dapat menyerukan nama Allah Bapa semua orang, bila terhadap orang-orang tertentu, yang diciptakan menurut citra kesamaan Allah, kita tidak mau bersikap sebagai saudara. Hubungan manusia dengan Allah Bapa dan hubungannya dengan sesama manusia saudaranya begitu erat, sehingga Alkitab berkata: ‘Barangsiapa tidak mencintai, ia tidak mengenal Allah’ (1Yohanes 4:8). Jadi tiadalah dasar bagi setiap teori atau praktik, yang mengadakan pembedaan mengenai martabat manusia serta hak-hak yang bersumber padanya antara manusia dan manusia, antara bangsa dan bangsa.” (Nostra Aetate 5)

Kegembiraan tanpa diskriminasi itulah yang selalu kita harapkan dan rindukan serta cita-citakan bersama, apa pun agama kita. Itulah sebabnya, meski tidak gampang, selalu ada letupan-letupan cobaan yang datang, mari kita tetap gembira dan bersemangat dalam ranga merajut kerukunan dan persaudaraan sejati di antara kita.

Pemilik hak cipta: Aloys Budi Purnomo Pr

Kita bisa melakukannya bersama siapa saja, khususnya kaum muda yang menjadi generasi masa depan kita, dalam rangka merajut kerukunan dan persaudaraan sejati. Kerukunan dan persaudaraan juga bisa dibangun melalui gerakan ekologi. Tentu, kerukunan dan persaudaraan juga bisa dibangun melalui jalur seni dan budaya.

Demikian, semoga bermanfaat. Salam peradaban kasih. Terima kasih. Tuhan memberkati.***

Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan, 18/3/2018.

Sumber: refleksi pengalaman pribadi.

Sumber http://idstory.ucnews.ucweb.com/story/4290522687487483?uc_param_str=dnvebifrmintcpwidsudsvnwpflameefutch&url_from=wmconstomerwebsite&stat_entry=personal&comment_stat=1&stat_app=app_profile&entrance=personal

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.