Sahabat Peradaban Kasih UC We-Media yang terkasih, dalam kehidupan kita sehari-hari, kita mengalami banyak hal yang kita pilih untuk kita lakukan. Kita bisa melakukan yang baik. Kita bisa melakukan yang kurang baik, bahkan yang jahat. Namun, kita dipanggil menjadi orang-orang yang melakukan yang baik, tentu saja. Maka, lakukanlah yang baik, yang berkenan bagi Tuhan!

Referensi pihak ketiga
Namun, melakukan segala hal yang baik, yang berkenan bagi Tuhan itu tidak mudah. Itulah sebabnya, kita selalu perlu dan harus memiweka, menimbang-nimbang dan memilih yang terbaik. Itulah yang disebut diskresio.
Kata diskresio merupakan terjemahan dari kata discernment dalam bahasa Inggris. Kata ini diturunkan dari bahasa Yunani dan Latin, dari kata kerja discern, yang berarti menyaring, memisahkan, dan membedakan mana yang baik mana yang buruk, mana yang benar mana yang salah.

Referensi pihak ketiga
Sebelum kita menanak nasi, kita memilih dan memisahkan butir-butir beras dari unsur lainnya. Kadang di antara butiran beras itu kita temukan, pasir, ngengat, atau bulir padi yang belum terkelupas dari kulitnya. Nah, tindakan memilih dan memisahkan butir-butir beras dari unsur-unsur lainnya yang bukan beras, itulah arti diskresio.
Diskresio erat dengan pengalaman rohani. Maka, kata diskresio biasanya dihubungkan dengan roh (the discernment of spirit). Dalam diskresio, kita membedakan mana Roh Baik, mana roh jahat; agar kita bisa melakukan yang berkenan bagi Tuhan dan yang baik bagi sesama (juga semesta).

Referensi pihak ketiga
Semua diskresio bertujuan untuk memilih yang terbaik, agar kita bisa melakukan kehendak Tuhan dengan baik dan setia pula, kendati kadang-kadang kita jatuh, bahkan gagal. Maka, diskresio dalam rangka melakukan kehendak Tuhan harus memperhatikan tiga hal. Pertama, mengamati dan mencermati pengalaman-pengalaman batin kita pada tataran pikiran. Kedua, mencermati rasa-perasaan pada tataran emosi. Ketiga, mencermati sikap dan perilaku kita berdasarkan inspirasi Roh baik pada tataran kehendak.
Dengan memperhatikan ketiga hal itu, semoga kita bisa melakukan yang terbaik bagi Tuhan. Saat kita melakukan yang terbaik dan berkenan bagi Tuhan, kita pun akan menghadirkan kebaikan-kebaikan bagi sesama. Apa cirinya? Hal-hal yang berkenan bagi Tuhan dan mendatangkan kebaikan bagi sesama ditandai oleh kelemahlembutan, ucapan-ucapan yang dilandasi kasih bukan kebencian, kemurahan hati kepada yang membutuhkan perhatian, kerelaan membangun perdamaian dan kerukunan, dan kepedulian kepada sesama yang menderita.

Referensi pihak ketiga
Tentu, Anda bisa menambahkan hal-hal baik sesuai dengan pengalaman Anda, namun prinsipnya, hal yang baik itu tidak pernah membawa dampak pada unsur-unsur yang destruktif dan tidak diwarnai kekerasan dan kebencian. Ketika kita beranggapan baik kita sedang melakukan hal yang baik bahkan mungkin terbaik menurut kita, namun diwarnai unsur destruktif, merusak, dan dilandasi rasa benci; bahkan sekalipun hanya ucapan dan perkataan; yakinlah bahwa itu pasti tidak berkenan kepada Tuhan, dan tidak akan akan mendatangkan kebaikan bagi sesama, bahkan diri kita sendiri.
Berani mencoba? Lakukanlah, maka, saya dan Anda telah belajar melakukan yang berkenan bagi Tuhan, dan mendatangkan kebaikan bagi sesama dalam kehidupan. Selamat mencoba. Salam peradaban kasih. Tuhan memberkati.***
Johar Wurlirang, 25/3/2018.
Sumber: refleksi pribadi berdasarkan bacaan rohani tentang discernment dari Rex A. Pai SJ, Disecernment, A Way of Life, (Vaigarai Publications, 2002).