Sahabat Peradaban Kasih UC News yang terkasih. Saya bersyukur dan merasa beruntung, ketika masih kanak-kanak, saya dan adik-adik masih mengalami indahnya ibu kami mendongeng untuk kami. Dongeng sebelum tidur! Itulah yang selalu kami rindukan setiap malam tiba.

Referensi pihak ketiga
Sesudah berdoa malam bersama, kami merebahkan diri di atas tempat tidur, lalu ibu mulai mendongeng! Cerita-cerita yang dikisahkan ibu selalu menarik. Bahkan, tak sekadar dongeng dengan tokoh “Kancil”, tetapi dongeng-dongeng yang bersambung, yang diambil dari cerita rakyat.

Referensi pihak ketiga
Maka, setiap malam tiba, sebagai anak sulung dari enam bersaudara, mewakili adik-adikku, saya selalu meminta kepada ibu: Mendongenglah ibu, kami anak-anakmu siap mendengarkan. Dan begitulah, ibu kami mulai mendongeng. Ketika dongengnya bersambung, kami ditanya, “Kemarin cerita sampai di mana ya?” Dengan penuh semangat kami mulai mengingat. “Mmmmm, itu… para kleting sudah diseberangkan oleh Yuyu Kangkang untuk melamar Ande-Ande Lumut…” begitulah saya ingat, salah satu dongeng tentang Ande-Ande Lumut, yang oleh ibu kami dibuat dongeng bersambung.

Referensi pihak ketiga
Ibu harus mendongeng hingga kami anak-anak tertidur. Kadang tidurnya tidak bareng. Ada yang lebih cepat, ada yang lebih lambat sehingga tetap bisa mendengarkan dongeng yang disampaikan ibu. Namun, tak jarang juga, di saat ibu capek, ibulah yang tertidur. Maka, kami yang masih berjaga, membangunkannya agar melanjutkan dongengnya hingga kami semua tertidur dengan pulas.
Itulah kenangan indah kisah inspiratif malam yang bisa kukenang. Saya berharap, di zaman now, masih ada ibu-ibu yang mendongeng untuk anaknya, atau anak-anak yang rindu mendengarkan dongeng ibunya. Mungkinkah?***