Sahabat Peradaban Kasih UC News yang terkasih. Keramahan itu laksana obat yang memberi kesembuhan baik secara mental maupun fisik. Itulah yang bisa saya simpulkan dari pengalaman bergumul dengan rasa sakit pada hari Kamis malam (12/4/2018) di rumah sakit.

Referensi pihak ketiga
Awalnya saya nyaris putus asa karena kesakitan ini. Tiba-tiba rasa sakit menyerang. Hampir tiga jam saya jungkir balik menahan rasa sakit itu, pukul 19.15 – 22.15-an. Mengapa hingga tiga jam? Tampaknya ada kesalahpahaman. Saat perawat ke kamar, saya masih di kamar mandi berjuang untuk – maaf – pipis. Saya juga sudah memencet bel berkali-kali, namun tampaknya para perawat sedang sibuk. Maka saya mencoba bertahan dalam kesakitan. Puji Tuhan! Akhirnya beberapa perawat datang juha. Sesudah perawat menyuntikkan penangkal rasa sakit dan mungkin juga mengandung unsur obat tidur, seketika sesudahnya saya bisa tidur pulas. Rasa sakit hilang seketika.

Referensi pihak ketiga
Saat mengalami kolik itu, beberapa perawat memandu agar saya tarik nafas dan menghembuskannya. Namun rasanya begitu sulit. Dalam keadaan itu, keramahan mereka menjadi daya kekuatan tersendiri. Mereka membiarkan saya menikmati rasa sakit itu meski saya harus jungkir balik mencari posisi penawar sakit. Seumur-umur baru saat itu saya mengalami rasa sakit sehebat itu, hingga tak tertahankan.
Sesudah tiga jam bergumul dengan rasa sakit itu, lalu disuntik penghilang rasa sakit, saya mulai tenang dan tidur. Satu jam kemudian terbangun karena ada perawat yang mau mengganti infus. Rasa lega bahwa tidak lagi mengalami rasa sakit yang hebat itu. Kepada para perawat saya meminta maaf karena kesakitan hebat seperti itu. Mereka memahami keadaanku sebab pada saat kolik memang bisa seperti itu. Syukurlah segala sesuatunya terkendali dalam keramahan, salaing menguatkan dan meneguhkan.

Referensi pihak ketiga
Sikap peduli dalam keramahan seperti itulah yang kerap kali bisa menjadi daya penawar sakit bahkan penyembuhan tersendiri. Sayang, keramahan serupa kerap kali juga hilang dari diri kita, apalagi keramahan kepada orang-orang yang sebetulnya dipercayakan kepada kita untuk kita layani, sertai dan dampingi. Godaan bersikap diskriminatif seperti itu bisa menimpa siapa saja, khususnya para pemimpin kita, dalam kategori apa saja.
Syukurlah, dari pengalaman sakitku itu aku masih boleh mengalami daya kekuatan kerahaman yang menguatkan dan meneguhkan. Semoga itu menginspirasi kita dalam mengembangkan keramahan kepada siapa saja, terutama kepada orang-orang yang dipercayakan kepada kita. Salam peradaban kasih. Terima kasih. Tuhan memberkati.***