Sahabat Peradaban Kasih yang terkasih. Apa itu damai sejati? Tentu kamu punya jawaban yang khas dan unik. Nah, ijinkan daku berbagi inspirasi perdamaian sejati dalam perspektif ini. Perdamaian sejati itu lahir dari sikap saling menghormat bukan saling menghuat. Kok bisa?

Referensi pihak ketiga
Pertama, perdamaian itu selalu lahir dari sosok pribadi yang memang membawa damai. Ibarat aliran sumber mata air, perdamaian mengalir dari mata air yang jernih dan bening, bukan sebaliknya.

Referensi pihak ketiga
Kedua, terkait dengan yang pertama, kalau sumber mata air itu keruh, maka air yang mengalir juga kotor dan keruh. Perdamaian sejati tak pernah mengalir dari mata hati yang kotor dan keruh. Perdamaian mengalir dari mata hati yang jernih, bersih, hening dan bening.

Referensi pihak ketiga
Akhirnya, setara dengan dua pertama, perdamaian sejati pasti mengalir dalam sikap menghormat bukan menghujat. Sikap hormat adalah indikasi dasar dan sederhana jiwa yang bening dan damai. Sikap ini adalah berkah bagi kehidupan. Sebaliknya, sikap suka menghujat pasti muncrat dari ketidakterkendalian diri, hati dan budi. Sikap seperti itu tak lebih dari sekadar limbah yang akan menjadi sampah kehidupan.
So girls and guys, mau jadi limbah atau mau jadi berkah perdamaian? Semua terserah diri kamu sendiri. Tetapi alangkah indahnya bila kita bisa hadir sebagai tanda dan sarana perdamaian melalui sikap menghormat (= jadi berkah) daripada sikap suka menghujat (= limbah). Salam peradaban kasih. Tuhan memberkati.***
JohArt Wurlirang, 1/5/2018.
Sumber: refleksi pribadi.
Sumber http://idstory.ucnews.ucweb.com/story/819377993611189?uc_param_str=dnvebifrmintcpwidsudsvnwpflameefutch&url_from=wmconstomerwebsite&stat_entry=personal&comment_stat=1&stat_app=app_profile&entrance=personal