Sahabat Peradaban Kasih yang terkasih. Ada inspirasi pengalaman yang mengasyikkan. Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) KH Noor Achmad mengundang para tokoh agama, masyarakat, dan unsur sivitas akademika untuk mengadakan Silaturahim Ramadhan di Aula VIP MAJT. Mengapa menjadi inspirasi yang mengasyikkan? Kita simak yuk.

Referensi pihak ketiga
Kebetulan saya tiba sesuai dengan jadwal undangan dan aula masih sepi. Belum banyak tamu yang hadir. Namun, di antara semua yang hadir, kendati ada yang belum saling kenal satu terhadap yang lain, mereka tampak saling bersalaman, berkenalan, dan menjadi akrab. Bagi yang sudah kenal, tampak kami saling berpelukan erat cipika-cipiki, apalagi sudah beberapa saat tidak saling berjumpa. Pelukan menjadi sangat erat dalam situasi yang hangat.
Sangat membahagiakan bagiku melihat bahwa ternyata, dalam kesempatan itu, ada banyak romo pastor dan pendeta yang hadir. Paling tidak ada lima romo, termasuk saya. Mereka adalah Romo AG Luhur Prihadi Pr, Martoyoto Pr, Ig. Triyatmoko MSF, dan Eduardus Didik SJ. Demikian pula ada sejumlah pendeta dari Gereja Kristen berbagai denominasi yang ada. Termasuk pula tokoh dari agama lain non-Muslim, yakni dari Buddha dan Konghucu.
Melihat sebagian besar yang hadir datang dari kalangan non-Muslim (Katolik, Kristen, Buddha, dan Konghucu), KH Noor Achmad sebagai tuan rumah, dalam sambutannya, mengatakan, “Ini sungguh mengasyikkan dan luar biasa istimewa. Silaturahim Ramadhan kali ini dihadiri banyak tokoh dari agama-agama non-Muslim. Saya sebagai pengelola MAJT bangga dan bersyukur atas peristiwa ini. Minimal, tiap tahun harus diadakan acara seperti ini.”
Hal menarik disampaikan sahabatku, Harjanto Halim, yang mengatakan bahwa MAJT menjadi seperti rumah besar yang terbuka untuk siapa saja tanpa diskriminasi. Laksana pohon rindang, ia menaungi yang lain dalam keteduhan. Yang seperti ini akan menjadi contoh bahwa Umat Islam di Indonesia adalah mercusuar Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Mendengar itu semua, sebagai salah satu hadirin, saya hanya bisa mengamini dan mengatakan. Inilah inspirasi yang mengasyikkan. Ketika semua bisa hidup rukun dalam persaudaraan dan perdamaian, mengapa harus saling menghujat dan menghina? Yang bersikap negatif terhadap pihak yang berbeda, dijamin bahwa belum menghayati iman dan agamanya secara baik dan benar. Apalagi kalau sampai anti Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945, pasti dia bukan orang yang sungguh mencintai negeri ini. Karena hidup di negeri ini, asyiknya ramai-ramai dan rukun bersaudara dalam kegembiraan. Ya nggak?

Referensi pihak ketiga
Begitulah Sahabat Peradaban Kasih yang terkasih. Semoga bermanfaat, menginspirasi dan memotivasi Anda pula dalam membangun hidup rukun dalam persaudaraan dan perdamaian demi terwujudnya peradaban kasih di masyarakat kita. Salam peradaban kasih. Tuhan memberkati kita semua.***