Sahabat Peradaban Kasih yang terkasih. Inilah 7 inspirasi kearifan lokal falsafah Jawa terkait prinsip-prinsip kepemimpinan yang layak digemakan. Syukur siapa saja di antara kita mendapatkan amanah tersebut seturut kadar masing-masing. Tentu, dalam konteks pemerintahan baik pusat maupun daerah hingga ke desa-desa, inspirasi ini diharapkan juga memberi motivasi para pemimpin kita. Kita simak yuk.

Referensi pihak ketiga
Prinsip ini diwariskan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo Raja III Mataram yang diungkapkan dalam “Serat Sastra-Gendhing”. Ketujuh butir itu adalah ini.
Pertama, “Swadana Maharjeng-tursita”. Artinya, pemimpin haruslah sosok intelektual, berilmu, jujur dan pandai menjaga nama, mampu menjalin komunikasi atas dasar prinsip kemandirian.
Kedua, “Bahni-bahna Amurbeng-jurit”. Artinya, pemimpin harus berada di depan dengan memberikan keteladanan dalam membela keadilan dan kebenaran.

Referensi pihak ketiga
Ketiga, “Rukti-setya Garba-rukmi”. Artinya, pemimpin itu bertekad bulat menghimpun segala daya dan potensi, guna kemakmuran dan ketinggian martabat bangsa.
Keempat, “Sripandayasih-Krami”. Artinya, sosok pemimpin bertekad menjaga sumber-sumber kesucian agama dan kebudayaan, agar berdaya manfaat bagi masyarakat luas.

Referensi pihak ketiga
Kelima, “Galugana-Hasta”. Artinya, pemimpin harus mengembangkan seni sastra, seni suara dan seni tari, guna mengisi peradaban bangsa.
Keenam, “Stiranggana-Cita”. Artinya, pemimpin harus menjadi pelestari dan pengembang budaya, pencetus sinar pencerahan ilmu dan pembawa obor kebahagiaan umat manusia.
Ketujuh, “Smara-bhumi Adi-manggala”. Sosok pemimpin harus memiliki tekad juang lestari menjadi pelopor pemersatu dari pelbagai kepentingan yang berbeda-beda dari waktu ke waktu, serta berperan dalam perdamaian dunia dan segala bangsa.

Referensi pihak ketiga
Begitulah 7 prinsip kepemimpinan itu. Menurutku, yang ketujuh itu fondasi untuk keenam lainnya sebab itulah yang menurutku paling utama. Tentu saja, idealnya, ketujuh inspirasi itu berada dalam diri seorang dan setiap pemimpin sebagai pribadi. Kalau pun tidak, maka sinergi antara seorang pemimpin dan wakilnya serta tim kepemimpinannya bisa memberi perhatian pada ketujuh prinsip tersebut. Ambillah contoh misalnya dalam konteks hidup berbangsa. Inspirasi kearifan lokal ini bisa diterapkan untuk seorang Presiden, Wakil Presiden, dan jajaran Kabinet yang membantu kinerja Presiden dalam memimpin suatu bangsa. Tidak mustahil dan bahkan bisa dipastikan, bila tujuh prinsip itu dibuktikan dalam keterlibatan sinergis, maka akan majulah bangsa kita, jaya lestari dan sejahtera adil makmur rakyatnya. Peradaban kasih bagi masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat dan beriman, apa pun agama dan kepercayaannya akan terwujud selamanya.
Demikian, semoga bermanfaat. Terima kasih. Salam peradaban kasih. Tuhan memberkati para pemimpin kita dengan karunia 7 keutamaan itu.***