Sahabat Peradaban Kasih yang terkasih. Mudah sekali sebagai manusia, kita terjebak pada hal-hal yang bersifat lahiriah. Bungkus itu memang bisa menarik dan menggiurkan. Namun kita tak boleh terjebak hanya dalam hal-hal yang bersifat lahiriah. Beginilah kisahnya dalam perspektif pitutur luhur kearifan lokal falsafah Jawa.

Referensi pihak ketiga
Raga lan rupa iku amung bungkusnya ati lan murani iku sejatining pribadi. Badan fisik dan wajah manusia hanyalah bungkus semata padahal hati nurani adalah kesejatian pribadi manusia. Apa makna dari kearifan lokal ini?
Pertama, inti kehidupan manusia ada dalam diri manusia. Itu adalah hati nurani. Dalam hati nurani manusia bertahta kesucian terdalam. Dalam kesucian terdalam hadirlah kehendak Tuhan yang benar. Hati nurani itu laksana daya kehidupan yang menggerakkan setiap harapan. Dati kedalaman hati nurani memancar segala daya hidup manusia yang paling sejati.

Referensi pihak ketiga
Kedua, maka yang terpenting bukan yang lahiriah. Bila hati nurani tertata baik dan rapi, maka perilaku hidup manusia juga akan terarah pada kebaikan dan kebenaran.
Akhirnya, justru karena pentingnya hati nurani merupakan kesejatian pribadi manusia, maka perlu dan pentinglah selalu mengolah hati nirani. Hati nurani harus ditata agar tetap menjadi tahta kehendak Tuhan dalam kehidupan.

Referensi pihak ketiga
Demikian makna kearifan lokal raga lan rupa iku amung bungkusnya ati lan murani iku sejatining pribadi. Semoga bermanfaat. Terima kasih. Salam peradaban kasih. Tuhan memberkati kita semua dan selalu menjaga dan membersihkan hati nurani kita.***