Sahabat Peradaban Kasih yang terkasih. Terkadang ungkapan singkat mengungkapkan begitu banyak tentang apa yang terjadi di dalam pikiran dan hati seseorang. Orang dapat melihat sekilas hati Hitler yang korup dengan ungkapan terkenalnya: “Saya tidak mengerti mengapa manusia tidak harus sama kejamnya dengan alam.” Dan Hitler pun dikenal karena tindakannya yang paling kejam membantai orang Yahudi pada masanya.

Referensi pihak ketiga
Saat suatu hari saya berkunjung ke Auschwitz concentration camp di Polandia, saya bisa merasakan kengerian warisan Hitler tersebut. Bikin nangis dan hati terasa miris bahwa semua itu bisa terjadi.
Contoh lain yang positif. Kurang lebih tiga puluh tahun yang lalu, ketika Santo Yohanes Paulus II terpilih menjadi Paus, frasa sederhana, “Jangan takut,” menunjukkan sikap yang akan ia miliki selama 26 tahun tak kenal takut berikutnya dalam pelayanan kepausannya.

Referensi pihak ketiga
Dalam perikop Injil hari ini, orang-orang Farisi berkata begitu banyak tentang keadaan hati mereka sendiri dengan mengatakan begitu sedikit: “Mengapa kamu melakukan apa yang melanggar hukum pada hari Sabat?” Orang-orang Farisi sedang terperangkap dalam sikap legalistik lahiriah dan kehilangan kesempatan besar mengerti kehadiran Yesus Kristus yang datang membawa cinta penuh untuk Bapa dan cinta heroik bagi sesama dan semesta.
Sebagai orang yang mengimani Kristus, kita tidak dipanggil untuk memiliki hati yang memperhitungkan pengorbanan. Kita dipanggil menjadi seseorang yang dipenuhi dengan kasih tanpa pamrih.

Referensi pihak ketiga
Bagaimana menurut kamu? Semoga refleksi sederhana ini memberi inspirasi dan bermanfaat. Terima kasih berkenan membaca refleksi ini. Tuhan memberkati. Salam peradaban kasih.***
GrAgre Bengkulu, 7/9/2019
Sabtu Imam September
»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Sumber: refleksi pribadi berdasarkan Bacaan Liturgi 07 September 2019 Hari Biasa, Pekan Biasa XXII Bacaan Injil Lukas 6:1-5