Sahabat Peradaban Kasih yang terkasih. Di zaman Nuh dan Lot, penghakiman Allah dikatakan turun atas manusia. Namun saat penghakiman yang nyata bagi kita masing-masing datang segera setelah kematian kita sendiri.

Referensi pihak ketiga
Saat itulah Kerajaan Allah akan sepenuhnya diungkapkan kepada kita, dan akan diputuskan apakah kita akan menjadi bagian darinya atau tidak. Tetapi dalam perjalanan hidup saya sendiri pilihan saya untuk diterima ke dalam kerajaan diputuskan. Tuhan datang kepada saya hari ini. Bagaimana saya merespons? Respons saya sekarang, dan setiap hari menentukan tempat kekal saya di Kerajaan-Nya. Bandingkan dengan Sabda Yesus yang ini: Setiap orang yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. Itulah alasannya!

Referensi pihak ketiga
Dalam sebagian besar bencana, orang memiliki sedikit kesempatan untuk mengumpulkan barang-barang; mereka yang mencoba seringkali justru akan membahayakan hidupnya sendiri. Hal yang sama akan berlaku untuk Penghakiman Terakhir – atau pada kematian kita sendiri. Ketika Yesus datang, apakah saya akan siap menyambut-Nya? Apa yang paling saya hargai? Yang harus saya pertahankan adalah hubungan saya dengan Kristus. Dan ini menyiratkan dalam banyak hal kehilangan “hidupku” di sini. Apakah saya hidup dengan sikap rela kehilangan hidup saya setiap hari, memisahkan diri saya dari hal-hal, kegiatan, dan orang-orang agar lebih bebas untuk mencintai, melayani, dan bersama dengan Kristus?

Referensi pihak ketiga
Bagaimana menurutmu? Semoga refleksi sederhana ini memberi inspirasi dan bermanfaat. Terima kasih berkenan membaca refleksi ini. Tuhan memberkati. Salam peradaban kasih.***
Kampus Ungu Unika, 15/11/2019
»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Sumber: refleksi pribadi berdasarkan Bacaan Liturgi 15 November 2019 Hari Biasa, Pekan Biasa XXXII PW Yosafat, Uskup dan Martir,Bacaan Injil Lukas 17:26-37